MANFAAT VITAMIN C UNTUK KESEHATAN KULIT
Vitamin C adalah suatu
antioksidant yang banyak terdapat dialam. Banyak hewan dan tumbuhan yang bias
menciptakan vitamin C sendiri yang berasal dari glukosa. Namun, manusia tidak
memiliki enzyme L-glucono-gamma lactone oxidase yang dibutuhkan tubuh
untuk mensintesis vitamin C tersebut. Inilah yang menyebabkan manusia perlu
untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak vitamin C seperti jeruk,
sayuran hijau, stroberi, papaya dan brokoli ( Telang ,2013 )
Vitamin C dapat membantu mengatasi kulit
kering dengan mengembalikan kelembaban kulit yang hilang. Vitamin C atau asam
askorbat merupakan nutrisi yang larut dalam air. Vitamin ditemukan dengan kadar
yang tinggi pada epidermis (lapisan kulit terluar) dan dermis (lapisan dalam
kulit). Vitamin C memiliki manfaat
sebagai antioksidant ( melindungi sel kulit dari kerusakan akibat radikal bebas
) dan memiliki peran dalam pembentukan kolagen untuk membantu menjaga kesehatan kulit.
Mengkonsumsi vitamin C secara oral dapat membantu
meningkatkan efektivitas tabir surya yang dioleskan ke kulit sebagai
perlindungan terhadap sinar UV. Vitamin C juga dapat membantu mencegah
terjadinya tanda-tanda penuaan karena memiliki peran dalam pembentukan kolagen
pada kulit. Mengkonsumsi vitamin C dengan adekuat dapat membantu memperbaiki
dan mencegah kulit kering.
Manfaat vitamin C untuk kesehatan
kulit.
Vitamin C sangat bermanfaat untuk kulit yang sehat,
bercahaya, dan tampak muda, vitamin C
telah banyak digunakan sebagai suplemen atau tindakan pengobatan untuk membantu meringankan masalah kulit.
Manfaat vitamin C antara lain :
Menyembuhkan
kulit yang rusak
Berbagai
faktor dapat memicu terjadinya kerusakan
kulit, termasuk cuaca kering, cuaca dingin, atau paparan sinar matahari. Kulit
kering dapat menyebabkan gatal yang dapat mengakibatkan luka atau jaringan
parut pada kulit. Konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C untuk
mengatasi kulit kering dengan mengembalikan kelembaban kulit yang hilang.
Vitamin C juga dapat membantu menghasilkan kolagen dan mencegah kulit menjadi
kendur ketika mulai kehilangan elastisitasnya.
Menurunkan pigmentasi
kulit
Pigmen adalah pewarna alami kulit. Paparan sinar matahari
dapat menyebabkan produksi melanin menjadi berlebihan. Kondisi ini menyebabkan
penyerapan sinar uv dan dapat mengakibatkan pigmentasi yang tidak rata sehingga
tampak seperti bintik-bintik pada kulit.
Memudarkan bekas
jerawat
Bekas luka merupakan masalah umum yang terjadi pada jerawat.
Umumnya bekas jerawat disembunyikan dengan make up. Penggunaan vitamin C dapat
membantu memudarkan bekas jerawat
Membantu penyembuhan
luka
Vitamin C memiliki peran dalam penyembuhan luka.
Terjadinya radang atau luka dapat meningkatkan terjadinya radikal bebas di
tempat yang cedera. Vitamin C dapat membatasi kerusakan akibat radikal bebas.
Vitamin C juga dapat membantu meningkatkan pembentukan kolagen pada kulit.
Rekomendasi komsumsi vitamin C adalah 1000mg perhari.
Vitamin C dapat dikonsumsi melalui :
-Mengkonsumsi
makanan yang mengandung sitrus seperti jeruk.
-Mengkonsumsi
makanan yang menjadi sumber nabati seperti brokoli dan bayam.
-Menhgkonsumsi
suplemen yang telah mendapatkan rekomendasi dari dokter.
Bagaimana mekanisme kerja vitamin C untuk kulit?
Secara tradisional , mengkonsumsi vitamin C
digunakan untuk mencegah (Scurvy), yaitu penyakit yang menyebabkan perdarahan
pada gusi. Namun kini telah diketahui bahwa vitamin C juga bias digunakan
secara topical dikulit untuk mengobati dan mencegah perubahan yang disebabkan oleh
photoaging (penuaan akibat sinar UV) dan mencegah hiperpigmentasi atau
penggelapan warna kulit karena berbagai sebab (Farris, 2005; Sauermann,
Jaspers, Koop, & Wenck, 2004; Telang, 2013).
1.
Vitamin C sebagai
antioksidan
Vitamin C bersifat sebagai
antioksidan di kulit manusia, ia akan bergabung dengan suatu kompleks
enzim-enzim dan antioksidan lain di kulit untuk melindungi kulit dari reactive
oxygen species (ROS). Ketika kulit terpapar sinar UV dari matahari, akan
terbentuk ROS yang terdiri dari ion superoksida, peroksida, dan oksigen single.
Senyawa-senyawa ini merupakan radikal bebas yang bisa merusak sel-sel tubuh.
Vitamin C akan melindungi kulit dari stress oksidatif yang dihasilkan oleh ROS
tersebut dengan cara mengirimkan elektron pada mereka sehingga radikal bebas
tersebut kembali netral (Telang, 2013).
2.
Vitamin C dan
fotoproteksi
Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, sinar UV akan menyebabkan timbulnya ROS yang bisa menyebabkan
kerusakan pada DNA sel, membran sel, dan protein sel termasuk kolagen. Hal
inilah yang menyebabkan sinar UV dikenal sebagai penyebab photoaging.
Perlu diketahui bahwa vitamin C efektif untuk menangkal kedua jenis UV, yaitu
UVB yang menyerang lapisan epidermis (kulit terluar) dan UVA yang menyerang
lapisan dermis atau kulit yang lebih dalam. UVA bisa bermutasi dan merusak
kolagen, elastin, proteoglikan, dan struktur lapisan dermal lainnya sehingga
bisa menyebabkan photoaging dan pembentukan melanoma (bintik-bintik hitam pada
wajah). Sedangkan UVB bisa menyebabkan sunburn (luka bakar akibat
matahari), ROS, mutasi epidermal, dan kanker kulit (Farris, 2005; Telang,
2013).
Sunscreen bisa
melindungi kemerahan dan kanker kulit akibat sinar UV bila dipergunakan dengan
benar, namun ia hanya bisa mencegah 55% saja dari pembentukan radikal bebas
akibat paparan UV. Karena itu, diperlukan antioksidan topikal, seperti vitamin
C yang berfungsi untuk menghilangkan efek radikal bebas akibat UV untuk
digunakan bersama dengan sunscreen yang membantu menyerap sinar UV itu sendiri
(Telang, 2013).
3.
Vitamin C dan
pembentukan kolagen
Vitamin C diperlukan untuk
membantu pembentukan dan memperbaiki kualitas kolagen. Vitamin C yang digunakan
secata topikal telah diketahui bisa meningkatkan produksi kolagen baik pada
kulit yang masih muda maupun pada orang tua (Telang, 2013). Karena itulah
vitamin C bisa mencegah keriput sebagai tanda penuaan, yang disebabkan oleh
kurangnya serabut kolagen di kulit. Selain itu, pemberian vitamin C topikal
juga diketahui bisa membantu pembentukan serabut elastin, memperbaiki struktur
anatomis kulit dan meningkatkan jumlah nutrisi di kapiler sehingga bisa
memiliki efek anti-aging yang sangat baik (Sauermann et al., 2004).
4.
Vitamin C sebagai
anti inflamasi
Ternyata vitamin C juga
memiliki efek antiinflamasi atau antiradang. Karenanya vitamin C juga bisa
dipergunakan untuk membantu terapi berbagai kondisi seperti acne vulgaris atau
jerawat. Vitamin C bisa mempercepat penyembuhan luka dan mencegah
hiperpigmentasi pasca inflamasi, yaitu penggelapan kulit yang muncul setelah
terjadinya proses radang (Telang, 2013). Selain itu, pemberian vitamin C secara
topikal juga bisa mencerahkan hiperpigmentasi yang sudah terlanjur muncul
(Farris, 2005).
Penggunaan vitamin C untuk mencerahkan atau
anti-fotoaging pada kulit hanya bisa didapatkan dari penggunaan secara topikal
(pengaplikasian di kulit) saja. Jika diminum melalui mulut, ketersediaannya
untuk jaringan kulit tidak mencukupi untuk bisa memberikan efek yang baik
(Telang, 2013). Namun penelitian oleh Cosgrove et al menemukan bahwa asupan
nutrisi yang kaya vitami C bisa mengurangi kemungkinan munculnya keriput dan
kekeringan pada kulit. Demikian pula bila diberikan bersamaan dengan vitami E
(Cosgrove, Franco, Granger, Murray, & Mayes, 2007).
Efikasi serum vitamin C paling tinggi ada pada
konsentrasi 20%. Penggunaan vitamin C yang teraur dengan jumlah yang memadai
sangat penting untuk bisa mendapatkan fotoproteksi yang baik. Hal ini bisa
didapatkan dengan penggunaan setiap 8 jam. Paparan terhadap sinar UV bisa
mengurangi ketersediaan vitamin C di kulit. Karenanya ia seharusnya
dipergunakan setelah terpapar oleh UV, bukan sebelumnya. Vitamin C juga mungkin
perlu digunakan bersama-sama dengan sunscreen yang bisa menyerap sinar UV (Telang,
2013).
Selain itu, vitamin C sangat baik bila
dipergunakan bersama dengan vitamin E, yang bisa meningkatkan potensi vitamin C
sampai 4 kali lipatnya. Sedangkan kombinasi dari 0,5% asam ferulik (suatu
antioksidan yang berasal dari tanaman), 15% vitamin C, dan 1% vitamin E bisa
meningkatkan potensi vitamin C sampai 8 kalinya. Kombinasi vitamin C, zinc, dan
tirosin bisa meningkatkan ketersediaan vitamin C di kulit sampai 20 kali lipat
bila dibandingkan dengan penggunaan vitamin C saja (Telang, 2013).
Vitamin C, atau asam askorbat, sangat tidak
stabil terutama bila terkena cahaya (Telang, 2013). Karena itulah serum-serum
vitamin C biasanya dijual dalam kemasan yang berwarna gelap, tidak bening. Hal
ini dimaksudkan untuk menjaga supaya molekul askorbat tersebut tidak rusak
Perlu diketahui juga bahwa tidak semua krim dan
serum vitamin C yang ada di pasaran memiliki derivat vitamin C yang efektif,
bahkan beberaoa diantaranya tidak bisa diubah menjadi benuk aktif sehingga
tidak memiliki manfaat untuk kulit. Bentuk yang paling stabil adalah Magnesium
ascorbyl phosphate (MAP), karena molekul ini mudah diserap kulit serta memiki
efek hidrasi sehingga bisa menjaga kelembaban kulit. Derivat lain yang juga
stabil adalah Ascorbyl 6 palmiatate, disodium isostearyl 2-0 L-ascorbyl
phosphate, ascorbic acid sulfate, dan tetraisopalmitoyl ascorbic acid (Telang,
2013).
Pemberian vitamin C untuk kulit setelah prosedur
mikrodermabrasi dan CO2 atau Er-Yag diketahui bisa meningkatkan
penetrasi vitamin C ke kulit sampai 20 kalinya. Vitamin C juga diketahui bisa
diberikan setelah prosedur laser untuk mengurangi kemerahan di kulit. Selain
itu, yang kini sedang diteliti lebih lanjut, vitamin C yang dikombinasikan
dengan 20% asam glikolat selama 3 bulan diketahui bisa memperbaiki striae
atau stretch mark.
Vitamin C aman untuk digunakan secara topikal
sampai jangka waktu yang lama. Namun ada beberapa efek samping ringan seperti
warna kekuningan di kulit, pengurangan pigmen pada rambut hingga menjadi putih,
dan menyisakan noda pada pakaian. Setelah diaplikasikan pada wajah, vitamin C
tidak bisa dihapus atau dicuci bersih seluruhnya dari kulit. Sebagian kecil
bisa mengalami eritema (kemerahan), rasa tersengat, atau kulit menjadi kering
setelah penggunaan vitamin C topikal, namun hal ini bisa dengan mudah diatasi
dengan menggunakan pelembab. Terdapat beberapa kasus urtikaria (dalam bahasa
jawa dikenal sebagai biduren) setelah penggunaan vitamin C topikal
(Telang, 2013).
Dosis toksik vitamin C baru tercapai bila diberikan
100-200 kali lipat dari dosis yang disarankan. Karenanya vitamin C ini memiliki
profil keamanan yang sangat tinggi (Telang, 2013).
Cosgrove, M., Franco, O., Granger, S., Murray, P., & Mayes, A. (2007). Dietary nutrient intakes and skin-aging appearance among middle-aged American women. Am J Clin Nutr, 86, 1225–31.
Farris, P. (2005). Topical Vitamin C: A Useful Agent for Treating Photoging and Other Dermatologic Conditions. Dermatologic Surgery, 31(s1), 814–818.
Sauermann, K., Jaspers, S., Koop, U., & Wenck, H. (2004). Topically applied vitain C increases the density of dermal papillae in aged human skin. BMC Dermatology, 4, 13.
Telang, P. S. (2013). Vitamin C in dermatology. Indian Dermatol Online J, 4(2), 143–146.